JakartaInsde.Com–Situasi di Timur Tengah mencapai titik kritis pada pertengahan , menyusul serangkaian peristiwa eskalatif yang melibatkan Serikat, Iran, kelompok di Yaman, dan Defense Forces (IDF) di .

Dilansir dari Newsweek pada 18 , kelompok mengklaim telah menyerang kapal induk AS USS Harry S. Truman di Laut Merah menggunakan rudal balistik dan drone.

Meski pihak AS belum mengonfirmasi klaim tersebut, serangan itu menjadi pemicu respons militer yang lebih besar. Pada hari yang sama, AS melancarkan ke sejumlah wilayah yang dikuasai di Yaman, termasuk Hodeidah, wilayah Saada, dan Al Jawf.

Pentagon menyatakan operasi ini merupakan upaya “pertahanan diri” untuk mengantisipasi ancaman terhadap kapal militer dan perdagangan di Laut Merah, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada 19 .

Merespons aksi militer AS tersebut, Menteri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mengeluarkan peringatan keras.

Dalam pernyataannya di Perserikatan Bangsa-Bangsa, Iran menegaskan bahwa serangan terhadap merupakan pelanggaran dan bahwa setiap tindakan agresi akan mendapatkan “konsekuensi serius”.

Peringatan ini disampaikan dalam eskalasi yang semakin memperkeruh hubungan antara Washington dan Teheran.

Sementara itu, IDF kembali melancarkan di antara 17 dan 18 . Menurut laporan Reuters pada 18 , serangan tersebut menargetkan terowongan dan pusat komando di Khan Younis, namun juga mengakibatkan kerusakan pada beberapa pemukiman sipil.

Kementerian di Gaza melaporkan jumlah korban mencapai lebih dari 300 orang, mayoritas di antaranya adalah warga sipil.

yang terjadi telah memperkuat aliansi kelompok Poros Perlawanan (Axis of Resistance) yang melibatkan Iran, di , di , di Yaman, dan Pasukan Mobilisasi Rakyat (PMF) di Irak.

Sebagaimana dilaporkan Press TV pada 18 , aliansi ini semakin terkoordinasi dalam aksi mereka untuk melawan intervensi militer AS dan sekutu-sekutunya di kawasan.

Dalam pidatonya pada 17 , AS menuduh Iran sebagai “dalang utama” di balik operasi .

“Setiap tembakan yang dilepaskan oleh akan dipandang sebagai tembakan yang berasal dari senjata dan Iran. Iran akan bertanggung jawab dan menanggung konsekuensinya, yang akan sangat berat,” ujar Trump, dikutip dari Al Arabiya pada 18 .

Konsekuensi dari eskalasi ini tidak hanya dirasakan secara militer, tetapi juga mengganggu jalur perdagangan global. Terusan Suez, yang menjadi jalur utama pengiriman barang dari ke Eropa, mengalami penurunan kapal hingga 40% sejak Januari 2025.

Banyak kapal kargo terpaksa mengalihkan rute melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan, sehingga menambah waktu pengiriman hingga 10–15 hari dan meningkatkan logistik hingga 50%, seperti dilaporkan oleh AFP pada 18 .

Di tengah situasi yang semakin genting, upaya diplomatik tampak menemui jalan buntu. Sebelumnya, Trump dikabarkan telah mengirimkan melalui Uni Emirat Arab berisi usulan negosiasi nuklir baru kepada Iran, namun proposal tersebut ditolak oleh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang menyebutnya sebagai “tipu daya Washington”.

Keseluruhan rangkaian peristiwa ini menunjukkan bahwa di Timur Tengah telah meluas, tidak hanya mencakup pertarungan di darat dan laut, tetapi juga berdampak signifikan terhadap global.

Eskalasi militer dan ancaman yang saling bertumpuk antara AS, Iran, dan kelompok perlawanan proksi menimbulkan kekhawatiran atas potensi perluasan regional yang lebih besar di depan.