Menjadi seorang Rabbani di era modern ini adalah sebuah panggilan untuk menghidupkan kembali esensi ajaran Islam dalam setiap .

Lebih dari sekadar menjalankan ritual formal, Rabbani berupaya untuk meneladani sifat-sifat Allah dalam tindakan dan pemikirannya, serta berinteraksi dengan dunia sekitarnya secara konstruktif dan bertanggung jawab.

Di tengah arus informasi yang deras dan tantangan moral yang kompleks, menjadi Rabbani adalah sebuah perjalanan yang menuntut kesadaran diri, komitmen yang kuat, dan upaya yang berkelanjutan.

Istilah “Rabbani” sendiri merujuk pada sifat ketuhanan, yaitu sifat-sifat Allah yang Maha Sempurna. Dalam Al-Qur’an, kata ini sering dikaitkan dengan para yang memiliki pemahaman mendalam tentang dan mengamalkannya dalam sehari-hari.

Oleh karena itu, menjadi Rabbani berarti berusaha untuk meneladani sifat-sifat Allah dalam kapasitas , seperti kasih sayang, keadilan, kebijaksanaan, dan kedermawanan.

Di era modern ini, tantangan untuk menjadi Rabbani semakin kompleks. Arus informasi yang tak terkendali, godaan materialisme, dan tekanan sosial untuk mengikuti sering kali mengaburkan nilai-nilai yang seharusnya menjadi landasan hidup seorang .

Oleh karena itu, langkah pertama untuk menjadi Rabbani adalah dengan membersihkan hati dari segala bentuk keterikatan duniawi dan memfokuskan diri pada hubungan dengan Allah.

Ini berarti lebih dari sekadar menjalankan shalat lima waktu dan berpuasa di . Menjadi Rabbani menuntut kita untuk menghayati makna setiap yang kita lakukan, serta berusaha untuk menginternalisasikan nilai-nilai spiritualnya dalam sehari-hari.

Misalnya, shalat bukan hanya sekadar gerakan fisik dan bacaan doa, tetapi juga sarana untuk berkomunikasi langsung dengan Allah, merenungkan kebesaran-Nya, dan memohon petunjuk-Nya.

Selain itu, menjadi Rabbani juga berarti berusaha untuk memahami dan mengamalkan ajaran Al-Qur’an secara komprehensif. Al-Qur’an bukan hanya kitab suci yang berisi , tetapi juga panduan hidup yang mencakup berbagai , mulai dari etika , hubungan sosial, hingga prinsip-prinsip ekonomi dan politik.

Oleh karena itu, seorang Rabbani harus berusaha untuk memahami makna setiap ayat Al-Qur’an dan mengaplikasikannya dalam setiap tindakan dan keputusannya.

Namun, memahami Al-Qur’an saja tidak cukup. Seorang Rabbani juga harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang Sunnah Rasulullah SAW, yaitu perkataan, perbuatan, dan ketetapan Muhammad SAW.

Sunnah Rasulullah adalah penjelas dan pelengkap Al-Qur’an yang memberikan contoh konkret tentang bagaimana ajaran Islam seharusnya diamalkan dalam sehari-hari.

Oleh karena itu, seorang Rabbani harus berusaha untuk mempelajari Sunnah Rasulullah dan meneladani akhlak mulia beliau dalam setiap kehidupannya.

Di era modern ini, ada banyak sumber informasi tentang Islam yang tersedia secara . Namun, tidak semua sumber informasi tersebut dapat dipercaya.

Oleh karena itu, seorang Muslim Rabbani harus berhati-hati dalam memilih sumber informasi dan memastikan bahwa sumber tersebut berasal dari atau cendekiawan Muslim yang memiliki kredibilitas dan keilmuan yang terpercaya.

Selain itu, menjadi Muslim Rabbani juga berarti berusaha untuk berkontribusi positif bagi . Islam mengajarkan bahwa sebaik-baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Oleh karena itu, seorang Muslim Rabbani harus berusaha untuk menggunakan ilmu, keterampilan, dan yang dimilikinya untuk membantu orang lain, baik dalam skala kecil maupun besar.

Ini bisa dilakukan melalui berbagai cara, seperti memberikan kepada yang membutuhkan, membantu membersihkan , atau bahkan sekadar memberikan senyuman kepada orang yang sedang bersedih. Yang terpenting adalah niat tulus untuk berbuat baik dan memberikan manfaat bagi orang lain.

Di era modern ini, tantangan untuk berbuat baik semakin besar. Globalisasi dan teknologi telah membawa kita lebih dekat dengan orang-orang dari berbagai latar belakang dan budaya. Oleh karena itu, seorang Muslim Rabbani harus memiliki pemahaman yang luas tentang isu-isu global seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan kerusakan . Dengan pemahaman yang mendalam, seorang Muslim Rabbani dapat berkontribusi secara lebih efektif dalam mengatasi masalah-masalah tersebut.

Namun, menjadi Muslim Rabbani bukanlah tugas yang mudah. Ada banyak godaan dan hambatan yang harus dihadapi. Oleh karena itu, seorang Muslim Rabbani harus memiliki komitmen yang kuat dan terus-menerus memperbaharui niatnya. Selain itu, penting juga untuk memiliki yang mendukung, seperti teman-teman atau yang memiliki visi dan nilai-nilai yang sama.

Di era modern ini, komunitas juga dapat menjadi sumber dukungan yang berharga. Ada banyak kelompok atau forum yang membahas isu-isu keagamaan dan memberikan inspirasi bagi para anggotanya. Bergabung dengan komunitas semacam ini dapat membantu seorang Muslim Rabbani untuk tetap termotivasi dan mendapatkan dukungan dari orang-orang yang memiliki tujuan yang sama.

Pada akhirnya, menjadi Muslim Rabbani adalah sebuah perjalanan seumur hidup. Tidak ada garis akhir atau titik pencapaian yang pasti. Yang terpenting adalah terus berusaha untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah setiap hari.

Dengan niat yang tulus, usaha yang berkelanjutan, dan dukungan dari yang positif, kita semua dapat menjadi Muslim Rabbani yang membawa rahmat bagi diri sendiri, , dan luas.

*) Ahmad Dzunnuha, Penulis adalah SEBI