— Polemik terjadi dalam pelaksanaan Bergizi (MBG) di Kalibata, . Salah satu mitra dapur, Ira Mesra Destiawati, yang didampingi tim kuasa dari Harly Law Office, menyatakan kekecewaannya terhadap Yayasan MBN selaku pelaksana , karena hak sebesar Rp 4 miliar tak kunjung diterima.

ini sebenarnya baik, sejalan dengan arahan Subianto. Namun dalam pelaksanaannya, kami merasa sangat dirugikan,” ujar Ibu Ira dalam konferensi di , Selasa (15/4).

Ibu Ira menjelaskan, sejak Februari hingga , pihaknya telah menyediakan sekitar 65.025 porsi dalam dua tahap. Namun di tengah pelaksanaan, terjadi perubahan porsi tanpa penyesuaian kontrak — dari semula Rp 15.000 menjadi Rp 13.000 per porsi untuk PAUD hingga kelas 3 . Bahkan, dari tersebut, hak kembali dipotong Rp 2.500 per porsi.

Parahnya, meskipun tahap pertama dari Badan (BGN) kepada Yayasan MBN senilai Rp 386,5 juta telah dicairkan, Ibu Ira justru dituduh memiliki tunggakan sebesar Rp 45,3 juta. Padahal, menurutnya, seluruh operasional — mulai dari bahan pangan, sewa dapur, , , hingga tenaga juru masak — ditanggung sendiri olehnya.

“Semua kami biayai dari kantong sendiri, bahkan saya sampai menjual aset dan mencari investor untuk mendukung ini. Tapi saat hak kami ditagih, justru diminta membayar kekurangan yang tidak pernah ada,” tegas Ibu Ira.

Kuasa Ibu Ira, Harly Putra, menyatakan pihaknya akan mengambil langkah , mulai dari somasi, gugatan perdata, hingga pidana jika Yayasan MBN tidak segera memenuhi .

Pihaknya juga pemerintah dan BGN melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan MBG.

MBG ini sangat baik, tapi pelaksanaannya rentan disalahgunakan oleh oknum. Kami mendorong pemerintah segera membuka posko pengaduan agar seperti ini tidak terulang,” ujar Harly.

Selain , Ibu Ira juga mengaku mendapatkan intimidasi dari SPPG Kalibata. Tim dapurnya kerap mendapat hinaan fisik serta untuk mengetahui distribusi ke dan penyusunan pertanggungjawaban kepada BGN.

Akibat persoalan ini, dapur MBG Kalibata yang dikelola Ibu Ira resmi berhenti beroperasi. Ia berharap, MBG bisa tetap berlanjut di masa depan, namun dengan pengawasan lebih ketat dan pelaksana yang transparan.

“Kami ingin ini tetap berjalan demi Indonesia. Tapi jangan sampai oknum-oknum yang menyalahgunakan kepercayaan dibiarkan,” tutup Ibu Ira.