Ketua Badan Sama Antar (BKSAP) DPR RI, , memimpin DPR dalam acara Konferensi ke-18 OKI atau Parliamentary Union of OIC Countries (PUIC) di Abidjan, Pantai Gading. Pertemuan itu berlangsung dari 2-5 Maret .

Dalam acara tersebut, DPR menghadiri sejumlah sesi pertemuan, salah satunya pertemuan Komisi ke-12 PUIC. Fadli lantas memanfaatkan forum tersebut untuk membahas kekejaman yang dilakukan terhadap .

”Kendatipun akan menjadi tema utama Konferensi ini, saya percaya bahwa semua peserta di sini tidak boleh membiarkan perjuangan diabaikan karena berbagai alasan, termasuk penembakan baru-baru ini oleh terhadap kerumunan warga yang berlomba-lomba menarik makanan dari bantuan di Jalur yang menewaskan sedikitnya 112 orang,” ujar Fadli.

Politisi Partai tersebut kemudian menyindir respons global terkait penembakan tersebut. Ia merasa miris karena masyarakat dunia hanya bisa memberi kecaman tanpa nyata.

”Sayangnya, sudah menjadi hal yang lumrah dan mudah diprediksi bahwa respons terhadap insiden tersebut tidak pernah lebih dari kecaman. Bagi kami, insiden itu merupakan kejahatan global paling kejam dan tidak tersentuh hukum yang pernah terjadi di era modern,” ucapnya.

Fadli mengatakan, serangkaian kekejaman terus disaksikan dunia sementara Dewan PBB dan komunitas global lainnya tidak bisa berbuat banyak. Karenanya, ia meminta agar dunia bisa mengambil lain untuk menghentikan itu semua.

Di antara langkah konkret, sambung Fadli, yaitu mendesak Mahkamah (ICJ) untuk mengambil keputusan yang bersifat , bukan sementara, dan mengikat terkait gugatan Afrika Selatan di ICJ yang menuduh melakukan genosida di

”Namun kita harus menyadari bahwa meskipun pada akhirnya keputusan akhir ICJ akan bergantung pada mekanisme di dimana hak veto akan sangat menentukan, setidaknya kita telah berupaya semaksimal mungkin untuk membawa agar dihukum,” tuturnya.

Fadli juga mendesak PUIC berperan sebagai poros kampanye global untuk menuntut segera dilakukannya reformasi

”Reformasi mutlak. Jika tidak, dunia akan kehilangan kepercayaan dan membiarkan setiap mengambil tindakan sepihak. Tentu saja ini bukanlah sebuah pilihan,” ujarnya. 

Fadli juga menyerukan intensifikasi dan perluasan gerakan Boycot Divestment and Sanction (BDS) yang bertujuan melemahkan secara , politik, dan ekonomi.

”Saya ingin mengajak anda semua untuk membayangkan, apa jadinya jika muslim kaya minyak memboikot pasokan minyaknya ke dan sekutu terdekatnya? Menurut saya, percayalah terobosan seperti itu akan menjadi tamparan yang sangat menyakitkan dan keras. Kita hanya perlu memperkuat keberanian kita,” ajaknya.

Hal lain lagi, Fadli meminta Anggota PUIC bersatu untuk memastikan bahwa perjuangan selalu mendapat dukungan penuh dalam pertemuan-pertemuan di forum global atau Inter-Parliamentary Union (IPU). 

”Saya juga menyerukan kepada masing-masing Anggota PUIC untuk menetapkan rancangan resolusi mereka sendiri mengenai permasalahan untuk diajukan sebagai item darurat pada Majelis Umum IPU berikutnya yang akan berlangsung beberapa hari mendatang di Jenewa, Swiss. Lebih banyak rancangan undang-undang mengenai akan lebih baik dan bermanfaat,” pungkasnya.